Rumahku berada tidak terlalu jauh dengan bangunan ini. Aku pun sering melewati bangunan tersebut. Akan tetapi, aku tidak sadar bahwa bangunan tersebut adalah cagar budaya yang mungkin memiliki potensi wisata. Dulu, bangunan ini terkesan seram menurutku. Hanya tinggal reruntuhan dan dekat dengan makam. Jalan raya yang melintasinya juga tak terlalu ramai. Bangunan ini memang terletak di pinggir jalan.
Bangunan ini sering disebut sebagai situs Warungboto. Nama resminya adalah Pesanggrahan Rejowinangun yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono II pada sekitar tahun 1800-an (harianjogja.com, 2016). Pada masa jayanya, tempat ini merupakan taman air dan berfungsi sebagai tempat istirahat Sri Sultan Hamengku Buwono II. Di dalam pesanggrahan ini terdapat lorong-lorong kecil di bawah tanah.
Kesan yang dulu seram dan tak terawat kini mulai berubah. Sejak tahun 2016 ini, situs Warungboto mulai dibersihkan dan dipugar. Beberapa waktu lalu, melalui media sosial digital Instagram, aku melihat beberapa orang berfoto di sebuah bangunan. Setelah membaca caption-nya, aku tak menyangka bahwa itu situs Warungboto. Di dalam foto itu, aku melihat bangunan yang klasik bersih dengan tembok kecoklatan. Tempat itu bukan lagi reruntuhan dan menjelma menjadi bangunan yang kokoh nan indah.
Ternyata, bangunan sejarah ini memang sedang dalam proses pemugaran yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Pemerintah Provinsi (Pemprov) DI Yogyakarta. Proses pemugaran bangunan ini dilakukan mulai awal Mei lalu dan ditargetkan selesai Desember nanti (news.okezone.com, 2016). Usaha ini patut diapresiasi. Yogyakarta sebagai salah satu kota bersejarah, memang harus menjaga benda-benda peninggalan nenek moyang. Selain sebagai bentuk penghormatan budaya dan pendidikan sejarah, bangunan-bangunan cagar budaya dapat dijadikan potensi wisata dengan minat khusus.
Berkaitan dengan usaha baik ini, sudah sepatutnya pemerintah melalui dinas terkait seperti Dinas Pariwisata bergerak cepat. Berbagai dinas harus bekerja sama memajukan situs Warungboto. Usaha memajukan ini dapat dimulai dengan membangun kesadaran warga sekitar mengenai keberadaan bangunan cagar budaya yang berpotensi wisata. Seiring terbangunnya kesadaran warga untuk menjaga dan terlibat, pemerintah dan warga serta komponen lain bergerak bersama mengenalkan situs Warungboto.
Pengenalan ke khalayak ini dapat dilakukan dengan strategi komunikasi. Ada empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi komunikasi yakni mengenal khalayak, menyusun pesan, menerapkan metode, dan pemilihan media komunikasi (www.komunikasipraktis.com, 2015). Faktor mengenal khalayak dapat dilakukan dengan menentukan sasaran pengunjung misalnya anak muda. Kemudian menyusun pesan yang mampu menarik perhatian anak muda. Pesan dapat berupa brand atau hal yang unik dari situs Warungboto. Menerapkan metode dapat dilakukan dengan teknik mengulang pesan, sehingga brand situs Warungboto dapat terekam di benak khalayak. Pemilihan media komunikasi ini cukup krusial di era digital. Media sosial digital dapat menjadi salah satu jalan. Mengingat, aku sendiri tahu keindahan situs ini juga dari media sosial digital. Melalui media sosial digital ini, dapat diselenggarakan lomba foto yang berkaitan dengan situs. Kegiatan ini akan memacu orang datang dan menikmati keindahan situs Warungboto.
Tahap selanjutnya, dapat dilakukan pemasangan penunjuk jalan dan berafiliasi dengan agen wisata untuk memasukkan ke paket, sehingga tidak hanya Kebun Binatang Gembira Loka yang berada di dekat situs yang dikunjungi, namun wisatawan dapat diarahkan ke situs yang terletak di Jalan Veteran ini.
Paling penting menurutku, adalah kesadaran dan konsistensi untuk menjaga. Bila tempat ini telah favorit untuk dikunjungi, jangan lupa tetap bersih, nyaman, dan tanpa kerusakan.
Referensi:http://www.harianjogja.com/baca/2016/05/19/bangunan-cagar-budaya-pesanggrahan-hb-ii-dipugar-situs-warungboto-dihidupkan-kembali-720832
http://news.okezone.com/read/2016/05/19/510/1392433/bpcb-diy-hidupkan-kembali-situs-warungboto
http://www.komunikasipraktis.com/2015/10/strategi-komunikasi-pengertian-dan.html