Rabu, 01 Januari 2014

TETANGGAKU



"Hai Rin, ru pulang?" Sapa seorang lelaki mengagetkanku.
"Oh, kamu Rud. Aku kira siapa. Iya nih, harusnya libur tapi ada tugas tambahan. Eh mau tahun baruan ke mana, kok dah bawa bekal?" Tanyaku sembari menunjuk ke arah terompet yang dipegangnya.
"Cuma mau ke lapangan depan kompleks kok", jawabnya datar.

TEEET TEETT DUEER DUEERR..,

Suara terompet dan mercon yang mulai beradu membuat bising telingaku. Beberapa menit lagi pergantian tahun akan bergulir.

"Udah cepet sana, itu udah ramai", ujarku pada tetangga baruku ini.

Rudi memasukkan terompetnya ke tas. Tanpa sengaja kulihat warna merah di punggung tangannya. Aku penasaran.

"Rud, warna merah di tanganmu?" tanyaku.
"Oh, ini darah..."

Tiba-tiba Handphoneku berbunyi. Ternyata suara ayah di seberang. Karena berisik, aku setel loudspeaker.

"Rin, kamu hati-hati ya pulangnya. Tadi baru saja ada tragedi. Rudi, tetangga kita itu baru saja menusuk istrinya. Untung saja istrinya masih bisa tertolong. Tapi Rudinya kabur sekarang. Kamu jangan lewat jalan sepi ya."

Segera kulihat Rudi. Rudi menyeringai seram. Terompet yang tadi dimasukkan kini sudah digenggam di salah satu tangan. Tangan lainnya mengeluarkan sebilah pisau dari lubang terompet. Pisau itu berlumuran darah. Sekarang aku tahu darimana darah di tangan Rudi berasal.

TEETTT..,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar