"Hai Rin, ru pulang?" Sapa
seorang lelaki mengagetkanku.
"Oh, kamu Rud. Aku kira siapa.
Iya nih, harusnya libur tapi ada tugas tambahan. Eh mau tahun baruan ke mana,
kok dah bawa bekal?" Tanyaku sembari menunjuk ke arah terompet yang
dipegangnya.
"Cuma mau ke lapangan depan
kompleks kok", jawabnya datar.
TEEET TEETT DUEER DUEERR..,
Suara terompet dan mercon yang mulai
beradu membuat bising telingaku. Beberapa menit lagi pergantian tahun akan
bergulir.
"Udah cepet sana, itu udah
ramai", ujarku pada tetangga baruku ini.
Rudi memasukkan terompetnya ke tas.
Tanpa sengaja kulihat warna merah di punggung tangannya. Aku penasaran.
"Rud, warna merah di
tanganmu?" tanyaku.
"Oh, ini darah..."
Tiba-tiba Handphoneku berbunyi.
Ternyata suara ayah di seberang. Karena berisik, aku setel loudspeaker.
"Rin, kamu hati-hati ya
pulangnya. Tadi baru saja ada tragedi. Rudi, tetangga kita itu baru saja
menusuk istrinya. Untung saja istrinya masih bisa tertolong. Tapi Rudinya kabur
sekarang. Kamu jangan lewat jalan sepi ya."
Segera kulihat Rudi. Rudi menyeringai
seram. Terompet yang tadi dimasukkan kini sudah digenggam di salah satu tangan.
Tangan lainnya mengeluarkan sebilah pisau dari lubang terompet. Pisau itu
berlumuran darah. Sekarang aku tahu darimana darah di tangan Rudi berasal.
TEETTT..,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar