Minggu, 01 Desember 2013

Aku dan Suasana Malam Solo

Sudah lama aku dan beberapa sahabatku merencanakan ingin pergi ke Solo. Keinginan ini berasal dari rasa penasaran kami terhadap atmosfer kota Solo di malam hari. Semakin kuat keinginan ini karena beberapa sahabatku ini berasal dari Solo, sehingga aku dan sahabat yang lain ingin berkunjung dan tahu di mana rumah mereka. Maka tercetuslah ide untuk menginap semalam di Solo dan main seharian di sana.


Akan tetapi rencana ini tertunda sampai beberapa bulan karena berbagai alasan. Mulai dari ada yang sakit, ada yang punya acara keluarga, hingga kesibukan kuliah. Sampai akhirnya salah satu sahabatku menemukan ide, bagaimana agar rencana ke Solo ini terealisasi. Idenya adalah mencari suatu momen atau acara menarik di Solo dan kita datang ke sana untuk melihatnya. Setelah sahabatku itu mencoba mencari even, akhirnya ketemulah sebuah even menarik, Solo Batik Carnival.


Solo Batik Carnival (SBC) merupakan sebuah acara kebudayaan rutin yang digelar satu tahun sekali. Kebetulan kami melihat event SBC seri kelima yang diadakan tahun 2012. Pada tahun tersebut, SBC mengambil tema “Metamorphosis” dengan tujuan ingin mengangkat proses pembuatan batik serta makna di baliknya. Karnavalnya sendiri dimulai malam hari pukul setengah tujuh seingatku dan rutenya dimulai dari Stadion Sriwedari dan sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Acara menarik ini berlangsung pada tanggal 30 Juni 2012. Pas sekali dengan libur kuliah. Walau masih sebulan lagi pada waktu itu, aku dan beberapa sahabatku sepakat untuk ke sana. Sebagai tanda “pengikat” biar pada ikut, kami memilih menonton di Stadion Sriwedari yang memiliki tiket masuk. Kalau sudah keluar uang, biasanya diusahain ikut soalnya hehehe…


Tiket SBC yang dibeli dengan sistem booking


Sabtu sore tanggal 30 Juni 2012, kami berangkat ke stadion. Kami berangkat dari salah satu rumah sahabat yang asli Solo. Walau sempat tersesat karena beberapa ruas jalan yang ditutup dan kemacetan akibat warga yang antusias, kami akhirnya sampai di stadion. Kami disambut dengan kendaraan-kendaraan berhias yang di atasnya sedang berlatih para musisi untuk persiapan karnaval nanti. Suasana makin ramai seiring datangnya malam. Warga semakin memadati stadion. Setelah mendekati waktu acara, kami bergegas masuk.


Acara dimulai dengan berbagai seni pertunjukkan seperti Barongsai, tari-tarian, dan pembacaan puisi. Kemudian tibalah saatnya kostum-kostum batik indah dimunculkan dan dikenalkan ke hadapan tamu undangan dan pengunjung. Sayangnya kami mengambil tempat yang terlalu jauh, sehingga busana-busana yang diperagakan di tengah lapangan tidak terlihat oleh kami yang duduk di bangku stadion. Ditambah lagi kami tak bisa mendekat karena yang bisa mendekat hanya awak media dan orang-orang yang membawa tanda khusus. Kami sedikit kecewa saat itu.


Untung saja ketika acara sambutan, penjagaan dilonggarkan. Penonton di stadion diperbolehkan mendekat. Bahkan menjelang pemberangkatan untuk di karnaval di jalan, penonton di dalam stadion diperbolehkan dan diberi waktu untuk foto-foto dengan peraga busana dan model. Selama beberapa menit itulah aku dan sahabat-sahabatku “hunting” untuk foto bersama para model dengan busana batik yang eksotik itu. Dua pengalaman menarik adalah ketika bisa bertemu langsung dengan Putri Indonesia yang ikut memeragakan busana batik dan ketika melihat salah satu peraga busana yang pantang menyerah menghibur penonton padahal dia memakai kostum yang kelihatan berat dan berukuran lebih besar dari kostum yang lain. 
Salah Satu Penampil SBC kelima

 Aku dan Sahabatku berfoto dengan salah satu model

Setelah acara di stadion selesai, para peraga busana ini melanjutkan atraksinya di Jalan Slamet Riyadi. Hanya saja sayang, karena malam makin larut, kami memutuskan tidak menonton karnaval dan memilih untuk mencari jajan sembari berjalan pulang. Akhir malam pun dinikmati dengan segelas susu dan suasana malam kota Solo yang syahdu.   
 
Kontes Tulisan Tentang Solo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar