Sudah lama aku dan beberapa sahabatku merencanakan ingin
pergi ke Solo. Keinginan ini berasal dari rasa penasaran kami terhadap atmosfer
kota Solo di malam hari. Semakin kuat keinginan ini karena beberapa sahabatku
ini berasal dari Solo, sehingga aku dan sahabat yang lain ingin berkunjung dan
tahu di mana rumah mereka. Maka tercetuslah ide untuk menginap semalam di Solo
dan main seharian di sana.
Akan tetapi rencana ini tertunda sampai beberapa bulan
karena berbagai alasan. Mulai dari ada yang sakit, ada yang punya acara
keluarga, hingga kesibukan kuliah. Sampai akhirnya salah satu sahabatku
menemukan ide, bagaimana agar rencana ke Solo ini terealisasi. Idenya adalah
mencari suatu momen atau acara menarik di Solo dan kita datang ke sana untuk
melihatnya. Setelah sahabatku itu mencoba mencari even, akhirnya ketemulah
sebuah even menarik, Solo Batik Carnival.
Solo Batik Carnival (SBC) merupakan sebuah acara kebudayaan
rutin yang digelar satu tahun sekali. Kebetulan kami melihat event SBC seri
kelima yang diadakan tahun 2012. Pada tahun tersebut, SBC mengambil tema
“Metamorphosis” dengan tujuan ingin mengangkat proses pembuatan batik serta
makna di baliknya. Karnavalnya sendiri dimulai malam hari pukul setengah tujuh
seingatku dan rutenya dimulai dari Stadion Sriwedari dan sepanjang Jalan Slamet
Riyadi. Acara menarik ini berlangsung pada tanggal 30 Juni 2012. Pas sekali
dengan libur kuliah. Walau masih sebulan lagi pada waktu itu, aku dan beberapa
sahabatku sepakat untuk ke sana. Sebagai tanda “pengikat” biar pada ikut, kami
memilih menonton di Stadion Sriwedari yang memiliki tiket masuk. Kalau sudah
keluar uang, biasanya diusahain ikut soalnya hehehe…
Tiket SBC yang dibeli dengan sistem booking
Sabtu sore tanggal 30 Juni 2012, kami berangkat ke stadion.
Kami berangkat dari salah satu rumah sahabat yang asli Solo. Walau sempat
tersesat karena beberapa ruas jalan yang ditutup dan kemacetan akibat warga
yang antusias, kami akhirnya sampai di stadion. Kami disambut dengan
kendaraan-kendaraan berhias yang di atasnya sedang berlatih para musisi untuk
persiapan karnaval nanti. Suasana makin ramai seiring datangnya malam. Warga
semakin memadati stadion. Setelah mendekati waktu acara, kami bergegas masuk.
Acara dimulai dengan berbagai seni pertunjukkan seperti
Barongsai, tari-tarian, dan pembacaan puisi. Kemudian tibalah saatnya
kostum-kostum batik indah dimunculkan dan dikenalkan ke hadapan tamu undangan
dan pengunjung. Sayangnya kami mengambil tempat yang terlalu jauh, sehingga
busana-busana yang diperagakan di tengah lapangan tidak terlihat oleh kami yang
duduk di bangku stadion. Ditambah lagi kami tak bisa mendekat karena yang bisa
mendekat hanya awak media dan orang-orang yang membawa tanda khusus. Kami sedikit
kecewa saat itu.
Untung saja ketika acara sambutan, penjagaan dilonggarkan.
Penonton di stadion diperbolehkan mendekat. Bahkan menjelang pemberangkatan
untuk di karnaval di jalan, penonton di dalam stadion diperbolehkan dan diberi
waktu untuk foto-foto dengan peraga busana dan model. Selama beberapa menit
itulah aku dan sahabat-sahabatku “hunting” untuk foto bersama para model dengan
busana batik yang eksotik itu. Dua pengalaman menarik adalah ketika bisa
bertemu langsung dengan Putri Indonesia yang ikut memeragakan busana batik dan
ketika melihat salah satu peraga busana yang pantang menyerah menghibur penonton
padahal dia memakai kostum yang kelihatan berat dan berukuran lebih besar dari
kostum yang lain.
Setelah acara di stadion selesai, para peraga busana ini
melanjutkan atraksinya di Jalan Slamet Riyadi. Hanya saja sayang, karena malam
makin larut, kami memutuskan tidak menonton karnaval dan memilih untuk mencari
jajan sembari berjalan pulang. Akhir malam pun dinikmati dengan segelas susu
dan suasana malam kota Solo yang syahdu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar