Minggu, 29 September 2013

Perubahan Itu Pelangi Kehidupan

Resensi Novel "Rainbow"
Penulis: Eni Martini
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit: 2013
Jumlah Halaman: 201 Halaman


Semoga buku ini dapat menjadi cerita yang menitipkan makna, aamiin”. Kalimat inilah yang disampaikan penulis di halaman pengantar novel Rainbow. Sebuah harapan menggelitik. Harapan ini seolah-olah menjadi penekanan, bahwa novel ini bukan sekedar cerita yang ditulis untuk “diakhiri”. Akan tetapi ada misi penulis untuk menyampaikan sebuah pesan. Pesan tentang dinamika kehidupan. Ya, tentang dinamika kehidupan inilah novel ini akan bercerita.

Cerita dimulai ketika pernikahan Keisha dengan Akna berjalan begitu sempurna. Mereka sangat bahagia walau Tuhan belum mengkaruniai anak pada keluarga baru ini. Keceriaan rumah tangga Keisha mulai diuji dengan sebuah musibah. Ketika momen berbahagia pasangan yang saling mencintai ini akan berlangsung, tiba-tiba Akna mengalami kecelakaan mobil. Akibat kecelakaan ini, salah satu kaki Akna harus diamputasi.

Akan tetapi, operasi amputasi tak menyelesaikan “ujian” bagi Akna dan Keisha. Setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, terjadi perubahan sikap drastis pada Akna. Rasa frustasi kehilangan kakinya, membuat Akna yang tadinya ceria dan lembut menjadi begitu dingin dan pemarah. Sikapnya ini ditunjukkan pada seluruh orang di dekatnya, termasuk istri yang ia kasihi, Keisha.

Keisha yang dalam keadaan sedih karena keadaan sang suami, menjadi kian sedih dan bingung. Dulu Keisha bisa leluasa bersandar pada pelukan hangat Akna. Kini Keisha justru tak pernah disentuh dan sering ditatap sinis. Belum lagi sikap Akna yang menutup diri, membuat berbagai usaha Keisha untuk membangkitkan semangat suami selalu gagal. Berulang kali gagal, Keisha dituntut untuk memutuskan dari berbagai pilihan sulit. Pilihan yang mempertaruhkan nasib bahtera keluarganya.

Keluarga memang menjadi pusat penceritaan Rainbow. Novel seakan memberi tekanan pada istilah hukum roda kehidupan, “terkadang di atas dan siap-siaplah suatu saat jatuh ke bawah”. Hukum tentang perubahan ini juga berlaku pada sebuah keluarga, sebuah tahapan kehidupan yang mungkin dikatakan mapan. Penekanan ini ditunjukkan dengan alur maju mundur yang digunakan penulis. Di beberapa bagian diselipkan flashback kenangan Keisha dan Akna sebelum kecelakaan yang bertolak belakang dengan kenyataan setelah kecelakaan.

Novel ini juga mengajak pembaca melihat ujian kehidupan secara lebih manusiawi. Gaya penulisan romantis dan sendu yang diusung, berusaha mengundang rasa haru pembaca mengenai perjuangan Akna dan Keisha lepas dari cobaan. Cara pandang ini semakin lengkap dengan penggambaran apa yang dirasakan baik Akna maupun Keisha. Pergolakan batin kedua tokoh ini membuat novel karangan Eni Martini ini menjadi hidup. Sebuah nilai tambah bagi Rainbow.

Kelebihan lain terletak pada penulisan bab dan subbab pada novel. Semua bab dibuat berhubungan erat dengan judul dan subbab dibuat penulis untuk mempermudah pembaca memahami apa yang disampaikannya. Semakin baik dengan adanya kelitian penulis menerangkan tentang “alat” yang memperkuat cerita seperti masakan kesukaan Akna, makanan khas Batak, cara kredit, dan cara membangun usaha. Walaupun terlalu mendetail, akan tetapi ketelitian ini menunjukkan bahwa novel dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

Sayangnya kelebihan tadi masih “diganggu” dengan adanya beberapa kesalahan pengetikan kata. Selain itu penggunaan huruf pada cerita sangat “biasa”. Padahal judul bab dibuat dengan huruf cantik dan dihias meriah. Beruntung penulis menyisipkan suasana berbeda (isi sms misalnya) dengan jenis huruf yang berbeda. Selain itu juga dibantu dengan adanya penggalan lirik lagu yang memperkuat cerita dan bukan tempelan semata.

Walau terkadang penulis terlalu “asyik” bercerita tentang detail kecil, tetapi teknik kejut yang digunakan di awal dan beberapa bagian novel membuat novel ini tidak membosankan. Semakin tidak membosankan dengan adanya gambar payung sebagai penafsiran Rainbow di sampul novel dan awal bab. Sebuah penggambaran pelangi yang unik dan tak biasa.

Yap, sungguh karya yang menarik. Novel yang ber-tagline “akan selalu ada kesempatan kedua” ini membuka kesempatan bagi kita untuk mengetahui bahwa dunia berputar dan ada jalan keluar untuk setiap masalah. Namun Tuhan akan selalu menguji kita untuk melihat kualitas kita sebagai hambanya. Jadi bersiap-siaplah, kehidupanmu bisa berubah, satu detik ke depan saja                


Resensi ini diikutkan dalam Lomba Review novel Rainbow Eni Martini        

1 komentar: