Pohon pisang sangat akrab dengan
keluargaku. Selain karena buahnya merupakan santapan kegemaran anggota
keluarga, pohon ini pernah beberapa kali menyelamatkan adik-adikku. Dua
peristiwa yang paling kuingat. Pertama, saat adik bungsuku berlatih mengendarai
sepeda denganku. Adikku yang masih kelas satu SD waktu itu, mulai lancar
menggenjot pedal dan mengendalikan stang sepeda. Akan tetapi, aku masih
memegang sadel sepedanya agar ia tak jatuh.
Minggu pagi, ketika berlatih di
jalan kampung, aku berniat melepas peganganku. Benar saja, adikku bisa
seimbangkan diri dan tak jatuh. Dia senang bukan main karena bisa mengendarai
sepeda. Saking senangnya, sambil tertawa dia kayuh sepeda sekencang-kencangnya.
Di sinilah hal buruk itu terjadi. Tanpa sadar adikku mendekati belokan jalan
kampung yang disebelahnya ada kebun. Kecepatannya tak berkurang. Aku tak sempat
menghentikannya karena jarakku cukup jauh. "Awasss...," teriakku.
Terlambat, karena adikku belum bisa belok, sepeda adikku bablas nembus pinggir
jalan, meloncat ke arah kebun. Bukan hanya itu, karena dia belum bisa ngerem
juga, kecepatan sepeda tak berkurang. Adikku dan sepedanya meluncur deras ke
arah jogangan di tengah kebun yang setauku cukup dalam. Aku panik bukan
kepalang. "Aaaaa..., brukkk, "
Aku berlari menyusulnya secepat
aku bisa. Saat sampai di pinggir lubang, dengan takut-takut kulihat adikku.
Sepeda mungil menindih kakinya. Tapi aku heran, adikku malah senyum-senyum. Dia
bilang dia tidak apa-apa. Ketika aku menolongnya dan mengangkat sepedanya, aku
baru sadar kalau lubang ini tidak terlalu dalam. Setelah kulihat ke bawah,
ternyata ada banyak debog yang menumpuk cukup tinggi. Batang pisang
menjadikan lubang dangkal dan menciptakan landasan pendaratan yang empuk untuk
adikku. Syukurlah, tidak ada luca lecet sama sekali di badannya. Coba saja
lubang itu kosong, tentu adikku bisa terluka karena jatuh di tanah yang keras
dan dalam. Batang pisang ini telah menolong adikku.
Berikutnya, saat adik keduaku
memanen pisang di dekat rumah bersamaku dan bapak. Pohon pisang ini cukup
tinggi, mungkin sekitar 3 meter. Adikku naik ke pohon karena letak pisang cukup
tinggi. Sedangkan aku dan bapak di bawah berjaga jika pisang jatuh. Tandan
pisang yang dipanen cukup besar, mungkin terdiri dari puluhan pisang dan
pastinya sangat berat.
Dengan cepat adikku menaiki
tangga kayu yang disandarkan di pohon pisang. Berbekal parang tajam, adikku
sudah mencapai tandan pisang yang akan dipanen. Saat tengah asik menebang
batang tandan, tiba-tiba terdengar suara derak kayu yang patah. Ternyata kayu
tangga tempat adikku menapak patah. Mungkin karena menahan berat dan sudah
lapuk. Seketika tangga ambruk dan adikku ikut jatuh. Untung saja, adikku masih
sempat bergelantungan pada tandan pisang yang baru ia tebang tadi.
Beberapa detik
kemudian, batang tandan yang baru tertebang separo, ikut meliuk patah. Tapi
adikku dan bapak sudah siap. Adik meloncat dan ditangkap bapak. Selain tangan
pegal dan kaget setengah mati, selebihnya adikku baik-baik saja. Syukur masih
sempat bergelantungan tandan pisang, kalau tidak pasti adikku jatuh langsung
dari ketinggian 3 meter. Terima kasih tandan pisang.
Sayang pohon pisang tempat adik
keduaku jatuh sudah tidak ada, namun sekarang keluargaku menanam tiga pohon
pisang lagi. Semoga cepat berbuah.
Sekilas tentang pisang
Pohon ini memiliki begitu banyak
manfaat. Batang pohonnya bila dijejer dan diikat dengan tali dapat dijadikan
rakit sederhana. Daunnya bisa dijadikan bungkus masakan seperti pepes dan obat
luka bakar. Sedangkan batang daunnya, dengan sedikit kreasi, bisa dibuat pistol
mainan. Jantung pisang juga bisa jadi bahan masakan. Buahnya sendiri mengandung
banyak vitamin dan bermanfaat untuk mengurangi berat badan (diet), sumber
tenaga, dan santapan yang baik untuk ibu hamil, penderita anemia, dan penderita
maag.
Sumber referensi foto dan sekilas
tentang pisang: http://kebunpisang.com/
Jogangan: tanah yang digali
membentuk lubang segiempat, biasanya untuk membakar sampah
Debog: batang pohon pisang
(biasanya yang sudah mati atau ditebang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar